Selasa, 16 September 2008

Kajian Ilmiah

METODE ILMIAH
Oleh: Mujianto
Apakah yang disebut dengan metode ilmiah itu ? Metode adalah prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis. Cara ilmiah berarti kegiatan yang dilandasi dengan metode keilmuan. (Jujun S. Suriasumantri :78).
Adapun metodologi adalah pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dari metode tersebut. Metodologi ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah adalah ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan bekerja secara terarah mengikuti metodologi ilmiah, maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu, seperti yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yakni rasional dan teruji.
Karakteristik metode ilmiah adalah diterapkannya cara berfikir deduktif dan induktif secara timbal-balik dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapinya ilmu tidak berpaling pada perasaan. Namun, Dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapinya ilmu berpegang teguh pada akal fikiran. Ilmu hanya menghadapi masalah yang bersifat konkret, bersifat nyata, yang dapat dijangkau dengan pengalaman manusia.
Masalah yang konkrit/nyata itu lingkupnya sangat mungkin berbeda-beda, sehingga pemecahannya sangat mungkin berbeda-beda pula pendekatannya, atau dapat dikatakan pula metode yang diterapkan disesuaikan dengan sifat masalahnya. Masalah yang digarap pemecahannya oleh ilmu terbatas pada substansi yang ada pada dunia nyata. Oleh karena itu ilmu juga dalam mencari jawaban atas masalah yang dihadapinya membatasi diri di dunia nyata. Dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi, ilmu yang mengawalinya dengan mencari jawaban dengan mengkaji teori-teori yang sudah ada, dan sudah teruji (logika deduktif). Jawaban yang diperoleh melalui logika deduktif, mengacu pada teori kebenaran koherensi, sifatnya adalah jawaban sementara, yang dalam dunia keilmuan disebut : hipotesis. Langkah berikutnya ilmu mencari jawaban dari kenyataan (fakta) di lapangan atau kancah (logika induktif).
Langkah selanjutnya adalah mempersilahkan kedua jawaban tsb. (deduktif-hipotesis dan induktif -fakta) untuk memperoleh jawaban akhir atas masalah yang sedang dipecahkannya. Dalam proses ini ilmuwan memanfaatkan bantuan teknik statistic yang sesuai. Pada langkah ini dilakukan pengujian hipotesis.
Hasil pengujian hipotesis tersebut terbagi atas 2 (dua) alternative, yakni :
a. Hipotesis teruji kebenarannya (“diterima”)
b. Hipotesis tidak teruji kebenarannya (“ditolak”)
Hasil pengujian hipotesis merupakan landasan untuk penarikan kesimpulan, dan sebagai dasar untuk mengajukan saran-saran. Jika hipotesis teruji kebenarannya berarti masalah yang dihadapi sudah terpecahkan, sudah diperoleh jawabannya yang benar. Dengan demikian maka hipotesis menjadi TESIS. Tesis tsb. Akan diterima dalam khasanah pengetahuan ilmiah.
Sementara itu hipotesis yang tidak teruji kebenarannya (“ditolak”) harus dikaji ulang, untuk mengetahui letak kesalahan atau kekurangannya. Sangat mungkin kesalahan atau kekurangan itu terletak pada analisis data (yang berupa angka-angka dengan deretan lebih dari 10 digit, berasal dari puluhan bahkan ratusan sample). Kalkulasi data dengan komputer yang canggih dapat dipercaya akurasinya. Sedang penelitiannya adalah manusia biasa yang tidak luput dari kekeliruan (human error).
Merupakan perilaku naïf kalau sampai kelemahan itu ditemukan pada teori-teori yang digunakan sebagai landasan pemecahan masalah. (Dalam kajian ilmiah penulis harus secara tegas menyatakan bahwa kekeliruan bukan terletak pada teori yang digunakan sebagai landasan).
Langkah-langkah yang diterapkan dalam metode ilmiah disebut juga sebagai proses : logico-hypothetico – verifikasi. (baca untuk difahami secara mendalam uraian langkah-langkah logico-hypothetico-verifikasi yang tercantum pada halaman 128; buku filsafat Ilmu edisi XI/1998).
Untuk memantapkan pemahaman anda tentang metode ilmiah yang telah diuraikan secara rinci, maka perlu pula anda “membaca” sajian secara skematis metode ilmiah tersebut. Dengan memperhatikan gambar 20, pada halaman 129, dari buku yang sama.
Langkah-langkah metode ilmiah yang terkesan rinci dan terurut, bukan merupakan harga mati bagi ilmuan yang sudah berpengalaman. Sedang bagi peneliti pemula langkah-langkah tersebut, dia akan merupakan pedoman, untuk mengetahui : A – B – C – nya penelitian, agar peneliti pemula tidak merasa seolah berjalan di kegelapan.
(Ibarat seseorang ingin dapat naik sepeda: mulanya dia harus mengetahui bagaimana caranya menaiki sepeda, bagaimana mengayuhnya, bagaimana menjaga keseimbangan, dan bagaimana mengemudikannya: untuk sampai pada tahap : dapat naik sepeda: merupakan hal yang lazim kalau untuk mencapai tahap itu orang tsb. Mengalami jatuh bangun berulang kali. Setelah dapat naik sepeda sesuai dengan cara yang benar, dia boleh saja: naik dengan melompat, hanya dengan satu tangan memegang kemudi, atau bahkan kemudi tanpa dipeggang, membawa teman (bonceng) lebih dari dua orang).
Metode ilmiah berbeda dengan metode-metode lain yang kita kenal. Perbedaannya terletak pada sifatnya yang sistematis dan eksplisit. Sifat eksplisit dari metode ilmiah memungkinkan terjadinya komunikasi yang intensif dalam masyarakat ilmuwan. Ilmu ditemukan secara individual tetapi pemanfaatannya secara social. Ilmu merupakan pengetahuan milik umum (Public Knowledge), yang pemanfaatannya secara komunal.
Jika dalam ilmu ditemukan kebenaran baru mengantikan kebenaran lama, maka tidak terjadi tindak menyalahkan ilmuwan pendahulunya, melainkan sekedar diucapkan: selamat jalan.
Penemuan-penemuan ilmiah, pada awalnya (sampai pertengahan Abad XVII) hanya dikomunikasikan dengan korespondensi secara individual antar sesama ilmuwan. Diawali sekitar 1664 – 1665, terbentuk komunikasi dan kerja sama antar ilmuwan dalam lembaga. Pada masa itu mulai diterbitkannya jurnal-jurnal hasil penelitian.
Keterbukaan tersebut, bagi dunia ilmu memiliki nilai positif. Berbagai penemuan ilmiah diulang percobaannya oleh ilmuwan lain yang merasa ragu atas penemuan peneliti pendahulunya. Jika hasil pengulangan sama dengan hasil terdahulu maka penemuan pertama mendapat dukungan kuat dari masyarakat ilmuwan. Jika hasilnya berbeda maka dilakukan verikasi, sehinga dihasilkan kebenaran, sehingga warga masyarakat pengguna terhindar dari musibah. *(Metode Ilmiah dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar: