Minggu, 02 Maret 2014

Prosulpenah: Pelatihan Penulisan Ilmiah di SMAN 98 Jakarta

Prosulpenah: Pelatihan Penulisan Ilmiah di SMAN 98 Jakarta



Jakarta Timur, Jum'at 28 Februari 2014. Tepatnya di SMAN 98 Kalisari, Pasar Rebo Jakarta Timur digelar pelatihan penulisan ilmiah. Pelatihan dimulai tepat pukul 15.00 di Lantai Dasar Gedung SMAN 98 Jakarta. Pertemuan perdana ini baru memaparkan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) khususnya yang berkaitan dengan angka kredit pendidik dari karya ilmiah dan karya inovasi untuk kenaikan pangkat golongan pegawai negeri sipil (PNS) guru dalam jabatan fungsional.

Keingintahuan guru peserta pelatihan dan pertanyaan-pertanyaan kritis membuat suasana pelatihan menjadi hidup dan menyenangkan. Sesi pelatihan pertama menemukan masalah dan merumuskan judul penelitian untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seiring antusiasme peserta terbukti dengan seluruh peserta saat itu juga menemukan masalah dan menulis judul yang akan diteliti di kelas masing-masing.
Kendala dan kesulitan yang dihadapi sampai sesi ini berakhir bagi peserta bisa berkonsultasi via SMS, e-mail, blog atau facebook. Semua pertanyaan dan solusi kendala yang dihadapi akan dijawab langsung oleh nara sumber via SMS atau internet. Selamat bekerja, selamat mencoba PTK, semoga sukses selalu! Aamiin.

Sabtu, 05 Oktober 2013

Sertifikat PTK

Worshop PTK Kecamatan PGRI Pasar Rebo



PGRI CABANG PASAR REBO MENGGELAR
WORKSHOP PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh Drs. Mujianto, M.A., M.Pd.

Senin, 24 Juni 2013 bertempat di Aula SMAN 98 Jakarta Timur Persatuan Guru Republik Indonesia Cabang Jakarta Pasar Rebo menggelar workshop bertajuk, “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Meningkatkan Kesejahteraan Guru”. Acara ini dimulai tepat pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Diawali dengan sambutan ketua panitia yang disampaikan oleh sekretaris PGRI Cabang Pasar Rebo Purwanto, M.Pd melaporkan target peserta 100 anggota PGRI Pasar Rebo ternyata yang hadir melebihi target sampai 170 peserta. Antusiasme peserta yang terdiri dari guru TK, SD, MI, SMP, MTs. SMA, SMK dan MAN se-Pasar Rebo ini terlihat dari ketiadaan bangku kosong dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat sampai acara usai.
Acara dibuka oleh Kasie Dikmen Pasar Rebo H. Sutarno, M.M. yang memberikan motivasi kepada para guru peserta workshop agar lebih mencintai karier guru dan termotivasi menulis agar kenaikan kepangkatan/golongan kepegawaiannya tidak terhenti. “Kesempatan kenaikan pangkat sampai IV-e terbuka lebar dan lebih mudah serta lebih cepat kenaikan pangkat dari PNS fungsional daripada struktural”, ujarnya.

Pengurusan Pangkat IV-b
Tampil sebagai pembicara pertama  Dr. H. Sopan Indrianto Kasubag Tendik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta yang menjelaskan perubahan peraturan sejak Oktober 2012 pengurusan kenaikan pangkat/golongan IV-a ke IV-b yang semula ditangani Dirjen (Departemen Kemendikbud) kini dialihkan cukup di Tendik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta (Pemprov DKI Jakarta). Kepindahan ini sudah disosialisasikan dan sudah berjalan, jadi guru yang akan mengurus kenaikan pangkat IV-b cukup ke Gedung Nyi Ageng Serang tidak perlu ke Senayan lagi.
Berbagi pengalaman selama membimbing guru menulis PTK berbagai angkatan sejak 2008 sampai sekarang, banyak guru yang terganjal karena PTK yang ditulis hasil copy paste. Hal ini akan sangat mudah diketahui Tim penilai karena ada beberapa kata kunci yang biasanya terlewat tidak diubah. Ia berjanji akan mengawasi dan menjaga objektivitas Tim penilai, kalau dianggap lulus apa alasannya. Ia juga berharap tindak lanjut dari workshop yang diselenggarakan ini, agar panitia menyerahkan daftar hadir peserta karena hasilnya ditunggu. Adakah dari sekian banyak peserta workshop PTK yang mengajukan kenaikan pangkat ke IV-b sebagai bukti acara ini ditindaklanjuti?
Selain itu, dalam sesi tanya jawab yang berlangsung selama 30 menit ia membarikan kata kunci untuk penulisan judul yakni menggunakan jawaban dari kata tanya “apa”, “bagaimana” dan “siapa”. Permasalahan apa yang akan diperbaiki dalam pembelajaran di kelas? Bagaimana tindakan atau solusi yang ditawarkan? Siapa subjek yang diteliti? Kalau PTK jelas subjeknya siswa, kalau  PTS subjeknya guru.
Pemberian kata kunci ini memjadi solusi pemilihan judul yang biasanya menjadi hal tersulit ditemukan oleh guru yang akan menulis PTK. Biasanya dalam pelatihan para guru kesulitan menentukan judul, diharapkan dengan kata kunci ini dapat diatasi dengan cepat. Dua termin tanya jawab sisanya berkisar masalah teknis pengajuan kenaikan pangkat dan regulasi kebijakan pemerintah.

Contoh PTK
            Pada sesi terakhir dipandu oleh nara sumber Drs. Mujianto, M.A.,M.Pd. yang menjelaskan panjang lebar mulai dari penemuan masalah, penulisan judul, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan PTK dan manfaat/kegunaan PTK dikupas tuntas bab per bab diselai tanya jawab sampai bab terakhir penutup. Pengalaman nara sumbar sebagai praktisi pembimbing penulisan karya ilmiah dimulai dari tahun 1995 memenangkan juara I lomba menulis ilmiah tingkat guru SMP, SMU dan SMK se-DKI Jakarta, kemudian membimbing guru-guru menulis KTI dari tahun 1998 di Jakarta Pusat dan menjadi nara sumber PTK MGMP Bahasa Indonesia Jakarta Barat cukup mumpuni untuk ditularkan kepada para guru anggota PGRI Cabang Pasar Rebo. Terbukti selama 3 jam penuh dari pukul 13.00 sampai dengan 15.00 mampu menghipnotis peserta untuk tidak bergeming dari tempat duduk mereka. Hanya beranjak ketika bertanya masalah teknis penulisan PTK. Masalah-masalah detail isi uraian per sub bab akan dibahas dalam sesi pelatihan lanjutan.
            Namun demikian, antusiasme dan kehausan para peserta sebanyak 170 guru tidak mungkin terpuaskan dengan acara workshop seperti ini. Harus ditindaklanjuti dengan pelatihan yang lebih intensif dan pembagian kelas yang lebih memungkinkan untuk efektivitas penguasaan kelas.   Dari sekian banyak pertanyaan teknis penulisan PTK sebagian besar peserta meminta contoh konkrit PTK. Diwakili oleh Bu Sasmita guru SDN Baru 08, “Pak Banyak diantara guru kurang paham tentang detail penulisan PTK maka kami minta contoh yang dapat dibagikan kepada peserta”.
            “Nanti di sesi pelatihan mudah-mudahan buku PTK dan PTS Praktis yang berisi contoh-contoh utuh PTK dan PTS berikut penunjang dan lampirannya sudah dapat dibagikan. Buku itu karya saya dan sekarang masih sedang diterbitkan oleh penerbit,” jawab nara sumber menutup pembicaraan sesi terakhir. Peserta yang kesulitan dalam penulisan PTK juga dapat berkonsultasi gratis melalui sms ke nomor  Hp: 087771977864 atau Blog: www.prosulpenah.com.


Rabu, 25 September 2013

Model-Model Pembelajaran


Model Pembelajaran CL A. Cooperatif Learning 1. Pengertian Cooperative Learning Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan, 1996). Dalam kegiaatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson, et.al., 1994: Hamid Hasan, 1996). Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1994) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat hiterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar kelompok bergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada dasrnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. CL lebih dari sekadar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model cooperative learning harus ada ”struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperativf” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok (Slavin, 1983: Stahl, 1994). Di samping itu, pola hubungan seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Stahl (1994) mengatakan bahwa model pembelajaran CL menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu ”getting better together”, atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama”(Slavin, 1992). Aplikasinya di dalam pembelajaran di kelas, model pembelajaran ini mengetengahkan realita kehidupan masyarakat yang dirasakan dan dialami oleh siswa dalam kesehariannya, dengan bentuk yang disederhanakan dalam kehidupan kelas. Dalam pembelajaran matematika dikenal dengan pendekatan ”Realistic Matematic Education” (RME atau PMR). Model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Model pembelajaran cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. CL is more effective in increasing motive and performance students (Michaels, 1977). Model pembelajaran CL mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran berlangsung, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pembelajaran yang dihadapi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan menggunakan model CL, pengembangan kualitas diri siswa terutama aspek afektif siswa dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun konatif (Hamid Hasan, 1996; Kosasih, 1994). Situasi belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, dan rileks di antara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi masukan di antara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Secara umum, pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung di antara anggota kelompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Hal ini dikerenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi; saling membagi pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan, serta saling mengoreksi antarsesama dalam belajar. Tumbuhnya rasa ketergantungan yang positif di antara anggota kelompok menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekad untuk sukses dalam belajar. Hal ini terjadi karena dalam CL siswa diberikan kesempatan yang memadai untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkannya untuk melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki dari anggota kelompok lainnya dan guru. Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di antara sesame anggota kelompok memungkinkan siswa untuk memahami dan mengerti materi pembelajaran dengan lebih baik. Proses pengembangan kepribadian yang demikian, juga membantu mereka yang kurang berminat menjadi lebih bergairah dalam belajar (Hamid Hasan, 1996; Kosasih, 1992; Stahl, 1994). Siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu oelh siswa lain yang mempunyai gairah belajar lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya. Suasana belajar seperti itu, di samping proses belajar berlangsung lebih efektif, juga akan terbina nilai-nilai lain (nurturant values) yang sesuai dengan tujuan pendidikan ilmu pengetahuan sosial yakni kepedulian sosial, saling percaya, kesediaan menerima dan memberi, serta ilmu pengetahuan budaya yaitu budaya gotong-royong dan tanggung jawab siswa, baik terhadap dirinya maupun terhadap kelompoknya. Dalam kelompok belajar tersebut, sikap, nilai dan moral dikembangkan secaramendasar (Hasan, 1996). Belajar secara kelompok dalam model pembelajaran ini merupakan miniatur masyarakat yang diterapkan dalam kehidupan di kelas, sehingga akan melatih siswa untuk mengembangkan dan melatih mereka menjadi anggota masyarakat yang baik. 2. Konsep Dasar Cooprative Learning Dalam menggunakan model belajar CL di dalam kelas, ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru.Kedudukan guru sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran dalam menggunakan model ini harus memperhatikan beberapa konsep dasar yang merupakan dasar-dasar konseptual dalam penggunaan CL. Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut menurut Stahl (1994), meliputi sebagai berikut. a. Perumusan Tujuan Belajar Siswa Harus Jelas b. Penerimaan yang Menyeluruh oleh Siswa tentang Tujuan Pembelajaran c. Ketergantungan yang Bersifat Positif d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat hiterogen g. Interaksi Sikap dan Perilaku Sosial yang Positif h. Tindak Lanjut (Follow Up) i. Kepuasan dalam Belajar B. Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning Langkah-langkah dalam penggunaan model CL secara umum (Stahl; Slavin, 1983) dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut. 1. Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Di samping itu, guru pun menetapkan sikap dan keterampilan yang diharapkan dikembangkan dan diperhatikan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Guru dalam merancang RPP harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan system kerja dalam kelompok kecil. Artinya, bahwa secara bersama dalam dimensi kerja dalam kelompok kecil. Artinya, bahwa materi dan tugas-tugas itu adalah untuk dibelajarkan dan dikerjakan secara bersama-sama dalam dimensi kerja kelompok. Untuk memulai pembelajaran, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oelh siswa selama pembelajaran. Hal ini mutlak harus dilakukan oleh guru, karena dengan demikian siswa tahu dan memahami apa yang harus dilakukannya selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengopservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi guru tidak lagi menyampaikan secara panjang lebar, karena pemahaman dan pendalaman materi tersebut mantinya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama dalam kelompok. Dosen hanya menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat guru selesai menyajikan materi, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah dibelajarkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengkondisikan kesiapan belajar siswa. Berikutnya, guru membimbing siswa untuk membuat kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk. Kegiatan ini dilakukan sambil menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh siswa dalam kelompok masing-masing. Pada saat siswa belajar secara berkelompok, maka guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya. 3. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap da perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pemberian pujian dan kritik membangun dari guru kepada siswa merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru pada saat siswa bekerja dalam kelompoknya. Di samping itu, pada saat kegiatan kelompok berlangsung, ketika siswa terlibat dalam diskusi dalam masing-masing kelompok, guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa, baik secara individual maupun secara klasikal. 4. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk megarahkan dan mengoreksi pengertiasn dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. Pada saat presentasi siswa berakhir, guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalanya pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau sikap serta perilaku menyimpang selama proses pembelajaran. Di samping itu pada saat tersebut, guru juga memberikan beberapa penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang dikembangkan dan dilatih oleh siswa. Dalam melakukan refleksi diri ini, guru tetap berperan sebagai mediator dan moderator aktif. Artinya, pengembangan ide, saran, dan kritik terhadap proses penmbelajaran harus diupayakan berasal dari siswa, kemudian barulah guru melakukan beberapa perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran, dan kritik yang berkembang. Untuk lebih jelasnya, mekanisme pembelajarn cooperative learning secara umum dapat digambarkan dalam bagan berikut. Bagan 1 Mekanisme Pembelajaran dengan Model Cooperative Learning (David Homsby, 1981) C. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan Van Sickle (1983) mengenai model cooperative learning dan dan implikasinya terhadap perolehan belajar siswa dan pengembangan kurikulum social studies, menemukan bahwa sistem belajar kelompok dan debriefing secara individual dan kelompok dalam model cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggungjawab sosial dan individual siswa, berkembangnya sikap ketergantungan yang positif, mrndorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa, serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum. Hasil penelitian Stahl (1992) yang dilakukan di beberapa sekolah dasar di Amerika menemukan, bahwa penggunaan model cooperative learning mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa. Penelitian ini juga menemukan bahwa model tersebut mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikan sosial studies. Webb (1985), dalam penelitiannya menemukan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative, sikap dan perilaku siswa berkembang ke arah suasana demokrasi dalam kelas. Di samping itu, penggunaan kelompok kecil siswa mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam mempelajari ilmu pengetahuan sosial. Snider (1986) dalam penelitiannya yang dilakukan pada siswa Grade-9 untuk mata pelajaran geografi di Amerika menemukan, bahwa penggunaan model kooperative learning mendorong peningkatan prestasi belajar siswa dengan perbedaan hampir 25 % dengan kemajuan dicapai oleh siswa yang diajar menggunakan sistem kompetisi. Entin Solihatin, dkk. (2001) dalam penelitiannya yang dilakukan pada mahasiswa Penyetaraan D-3 Tahap II untuk mata kuliah Pendidikan IPS di Universitas Negeri Jakarta, menemukan bahwa penggunaan model Cooperative Learning mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20% dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajarn mandiri. Berdasarkan beberapa temuan penelitian tersebut, ternyata model cooperative learning menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pembelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan di masyarakat. Pengembangan Strategi dalam Model Pembelajaran CL: A. COOPERATIVE SCRIPT (Oleh: DANSEREU CS.1985) SKRIP KOOPERATIF, metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. LANGKAH-LANGKAH 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan 2. Guru membagikan wacana materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan 3. Guru atau siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya Sementara pendengar: - Menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap - Membantu mengingat, menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas 6. Kesimpulan guru 7. Penutup B. STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TIM SISWA-KELOMPOK PRESTASI (SLAVIN 1995) LANGKAH-LANGKAH 1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain) 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti 4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis siswa tidak boleh saling membantu 5. Memberi evaluasi 6. Penutup C. JIGSAW (MODEL TIM AHLI) (Oleh: ARONSON, BLANEY,STEPHEN, SIKES & SNAPP, 1978) LANGKAH-LANGKAH 1. Siswa dikelompokkan dalam Tim = 4 anggota tiap tim 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 3. Tiap orang dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka 5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh 6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7. Guru memberikan evaluasi 8. Penutup D. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) (PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH) PBI Memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pernyataan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. LANGKAH-LANGKAH 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih 2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal dan lain-lain) 3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan Experiment untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah 4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya 5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan E. ARTIKULASI LANGKAH-LANGKAH: 1. Menyampaikan kompetensi dasar yang ingin dicapai 2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa 3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang 4. Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari Guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya 5. Suruh siswa secara bergiliran diajak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya 6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekirannya belum dipahami siswa 7. Kesimpulan / penutup F. DEBATE LANGKAH-LANGKAH: 1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra 2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas 3. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya 4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya Guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan Guru terpenuhi 5. Guru menambah konsep/ide yang belum terungkap 6. Dari data-data di papan tersebut, Guru mengajak siswa membuat kesimpulan / rangkuman yang mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai G. ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN/LAKON) LANGKAH-LANGKAH: 1. Guru menyusun/menyiapkan skema yang akan ditampilkan 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya = 5 orang 4. Memberikan penjelasan tentang tujuan yang ingin dicapai dalam KBM 5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan 6. Masing-masing siswa duduk dikelompoknya sambil memperhatikan / mengamati scenario yang sedang diperagakan 7. Setelah selesai dipentaskan masing -masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas 8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya 9. Guru memberikan kesimpulan secara umum 10. Evaluasi 11. Penutup H. GROUP INVESTIGATION (SHARAN, 1992) LANGKAH-LANGKAH 1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dengan kelompok lain 4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan 5. Setelah selesai diskusi sebagai juru bicara ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok 6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan 7. Evaluasi 8. Penutup I. SNOWBALL THROWING (LEMPAR BOLA SALJU) LANGKAH-LANGKAH: 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk diberikan penjelasan tentang materi 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok 5. Selanjutnya kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke siswa yang lain selama ±5 detik 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian 7. Guru membuat kesimpulan 8. Evaluasi 9. Penutup J. STUDENT FACILITATOR & EXPLAINING LANGKAH-LANGKAH: 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Guru mendemonstrasikan / menyajikan materi 3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya 4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa 5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan 6. Penutup K. COURSE REVIEW HORAY LANGKAH-LANGKAH  1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran  2. Guru mendemonstrasikan / menyajikan materi sesuai Kompetensi Dasarnya  3.Memberikan kesempatan siswa tanya jawab  4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kotak 9 / 16 / 25 sesuai kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai sesuai selera masing-masing siswa  5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban didalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan kalau benar diisi tanda (√) dan salah diisi tanda silang (×)  6. Siswa yang sudah mendapat tanda (√), vertikal atau horisontal, atau diagonal harus segera berteriak …horay… atau yel-yel lainnya  7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah Horay yang diperoleh  8. Penutup L. DEMONSTRATION LANGKAH-LANGKAH: 1. Guru menyampaikan Kompetensi Dasar 2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan 3. Siapkan bahan/alat yang diperlukan 4. Menunjuk seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai scenario yang telah disiapkan 5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa 6. Tiap siswa/kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa yang mendemonstrasikan 7. Guru membuat kesimpulan M. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS (STEVEN & SLAVIN1995) LANGKAH-LANGKAH: 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang heterogen 2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran 3. Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas 4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok 5. Guru membuat kesimpulan bersama 6. Penutup N. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR) OLEH: SPENCER KAGAN “Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda, dengan singkat dan teratur” LANGKAH-LANGKAH: 1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar 2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam 3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan 4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu/dua langkah searah jarum jam. Sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru 5. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya O. TEBAK KATA MEDIA: – BUAT KARTU UKURAN 10 X 10 CM DAN ISILAH CIRI-CIRI ATAU KATA-KATA LAINNYA YANG MENGARAH PADA JAWABAN (ISTILAH) PADA KARTU YANG DITEBAK – BUAT KARTU UKURAN 5 X 2 CM UNTUK MENULIS KATA-KATA/ISTILAH YANG MAU DITEBAK (KARTU INI NANTI DILIPAT DAN DITEMPEL PADA DAHI / DISELIPKAN DI TELINGA LANGKAH-LANGKAH: 1. Jelaskan Kompetensi Dasar/Materi yang ingin dicapai ±45 menit 2. Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan 3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa lainnya diberi kartu berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau disisipkan di telinga 4. Sementara siswa membawa kartu 10 x 10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya, sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempel di dahi / telinga 5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya 6. Dan seterusnya Contoh Kartu: • Perusahaan ini tanggung jawabnya tidak terbatas • Dimiliki oleh 1 orang • Struktur organisasinya tidak resmi • Bila untung dimiliki, diambil sendiri NAH…SIAPA…AKU ? – Jawaban: • Perusahaan Perorangan P. WORD SQUARE MEDIA : • BUAT KOTAK SESUAI KEPERLUAN • BUAT SOAL SESUAI KOMPETENSI DASAR LANGKAH-LANGKAH: 1. Sampaikan materi sesuai Kompetensi Dasar 2. Bagikan lembar kegiatan sesuai contoh 3. Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban 4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak T Y E N I O K N R A U A N K U O A B A R T E R M N A N I R R S I S D G I I T G N A O N L S A I A K L A A I S R L S A C E K B O S I R I N G G I T SOAL : 1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara … 2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah 3. Hang … saat ini banyak dipalsukan 4. Nilai bahan pembuatan uang disebut … 5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang/jasa disebut nilai … 6. Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut … 7. Nilai yang tertulis pada uang tersebut nilai … 8. Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif 9. Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke Bank untuk membayar sejumlah uang disebut … Q. SCRAMBLE MEDIA : Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan KD Buatlah jawaban yang diacak hurufnya LANGKAH-LANGKAH : 1) Guru menyajikan materi sesuai KD 2) Membagikan Lembar Kerja sesuai contoh SUSUNLAH HURUF-HURUF PADA KOLOM B SEHINGGA MERUPAKAN KATA KUNCI (JAWABAN) DARI PERTANYAAN KOLOM A A B 1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara … TARTEB -> BARTER 2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. GANU -> UANG 3. Uang … saat ini banyak dipalsukan TRASEK -> KERTAS 4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai … KISTRINI -> INTRINSIK 5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang/jasa disebut nilai … LIRI -> RIIL 6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut … SRUK -> KURS 7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai … MINALON -> NOMINAL 8. Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut … SAKSITRAN -> TRANSAKSI 9. Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di Bank untuk membayar sejumlah uang disebut … KEC -> CEK R. TAKE AND GIVE MEDIA : 1. KARTU UKURAN ± 10 X 15 CM SEJUMLAH PESERTA. TIAP KARTU BERISI URAIAN MATERI (YANG BERBEDA DENGAN KARTU LAINNYA, SESUAI DENGAN KOMPETENSI DASAR) 2. KARTU CONTROL SEJUMLAH SISWA. LIHAT CONTOH di bawah ini. NAMA SISWA: …………………………………. URAIAN MATERI: ……………………………………………………………………………… NAMA YANG DIBERI 1. 2. 3. 4. 5. dst. LANGKAH-LANGKAH: 1. SIAPKAN KELAS SEBAGAIMANA MESTINYA 2. JELASKAN MATERI SESUAI KD ± 45 MENIT 3. UNTUK MEMANTAPKAN PENGUASAAN PESERTA, TIAP SISWA DIBERI MASING-MASING SATU KARTU UNTUK DIPELAJARI (DIHAPAL) LEBIH KURANG 5 MENIT 4. SEMUA SISWA DISURUH BERDIRI DAN MENCARI PASANGAN UNTUK SALING MENGINFORMASIKAN MATERI SESUAI KARTU MASING-MASING. TIAP SISWA HARUS MENCATAT NAMA PASANGANNYA PADA KARTU CONTROL 5. DEMIKIAN SETERUSNYA SAMPAI TIAP PESERTA DAPAT SALING MEMBERI DAN MENERIMA MATERI MASING-MASING (TAKE AND GIVE) 6. UNTUK MENGEVALUASI KEBERHASILAN, BERIKAN SISWA PERTANYAAN YANG TAK SESUAI DENGAN KARTUNYA (KARTU ORANG LAIN) 7. STRATEGI INI DAPAT DIMODIFIKASI SESUAI KEADAAN 8. KESIMPULAN S. CONCEPT SENTENSE LANGKAH-LANGKAH :  Guru menyampaikan Kompetensi yang ingin dicapai  Guru menyajikan materi secukupnya  Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen  Menyajikan beberapa kata “kunci” sesuai materi/KD yang disajikan  Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat  Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu Guru  Kesimpulan Tugas: a. Buatlah sekurang-kurangnya lima kalimat menurut pendapatmu sendiri semua kalimat harus mencakup paling sedikit 4 kata dari daftar diatas dan setiap kata dapat dipakai berulang-ulang b. Kerja Kelompok Diskusikanlah kalimat-kalimat anda apabila kalimat anda sudah benar c. Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali untuk mendapatkan kesimpulan. T. COMPLETE SENTENSE MEDIA: SIAPKAN BLANGKO ISIAN BERUPA PARAGRAF YANG KALIMATNYA BELUM LENGKAP LANGKAH-LANGKAH : 1. Guru menyiapkan kompetensi dasar 2. Menyampaikan materi secukupnya atau peserta disuruh membacakan buku/modul dengan waktu secukupnya 3. Bentuk kelompok 2/3 orang secara heterogen 4. Bagikan Lembar Kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh) 5. Peserta diharap berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia 6. Bicarakan bersama dengan semua kelompok 7. Setelah jawaban benar dan yang salah diperbaiki, tiap peserta disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti/hapal 8. Kesimpulan Untuk melengkapi paragraf berikut ini gunakan kata-kata yang tersedia dibawah untuk melengkapi kalimat sehingga menjadi kalimat yang benar. Setiap kata hanya dapat digunakan untuk satu isian. Berilah tanda jika kata tersebut sudah anda gunakan di dalam kalimat. Ada satu kata yang tidak terpakai, jika menemukan kesulitan bertanyalah kepada Guru Contoh: Upaya penelitian yang mendalam untuk menghimpun (……….) atau mengumpulkan (……….) agar dapat mengetahui segala bentuk (……….) dan (……….) masa lampau disebut dengan (……….). Jejak-jejak atau dokumen yang berhasil dihimpun itu merupakan (……….) yang sangat berharga, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lampau. (……….) di dalam sejarah memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran laporan suatu peristiwa sejarah. Sedangkan (……….) dalam sejarah memiliki arti penafsiran terhadap suatu peristiwa atau memberikan pandangan (……….) terhadap suatu peristiwa. Jawaban: • Teoritis • Peristiwa • Verifikasi • Data-data • Heuristic • Kejadian-kejadian bersejarah • Sumber sejarah • Jejak sejarah • Dokumen • interpretasi U. TIME TOKEN oleh: Warends 1998 • STRUKTUR YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGAJARKAN KETRAMPILAN SOSIAL, UNTUK MENGHINDARI SISWA MENDOMINASI PEMBICARAAN ATAU SISWA DIAM SAMA SEKALI LANGKAH-LANGKAH: 1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning/CL) 2. Tiap siswa diberi “kupon bicara” dengan waktu ±30 detik tiap siswa diberi sejumlah kupon sesuai waktu/keadaan 3. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap kali bicara satu kupon 4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis 5. Dan seterusnya V. PAIR CHECKS (SPENCER KAGEN, 1993) Apa yang dilakukan ? 1. BEKERJA BERPASANGAN Bentuk Tim dalam pasangan-pasangan dan siswa dalam pasangan itu mengerjakan sesuatu tugas, sedangkan lainnya akan menjadi pelatih 2. PELATIH MENGECEK Siswa yang akan menjadi pelatih mengecek pekerjaan partner-nya. Apabila pelatih dan partner-nya tidak sependapat terhadap suatu jawaban/ide, mereka boleh minta petunjuk dari pasangan lainnya. 3. PELATIHAN MEMUJI 4. BERTUKAR PERAN Seluruh partner bertukar peran dan mengulangi langkah 1-3 5. PASANGAN MENGECEK Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban 6. PENEGASAN GURU Mengarahkan jawaban/ide sesuai konsep W. EXAMPLES NON EXAMPLES (CONTOH DAPAT DARI KASUS GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KOMPETENSI DASAR) LANGKAH-LANGKAH 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP/LCD Projector 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa. Hasil diskusi dan analisa gambar tersebut dicatat pada kertas 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai 7. Kesimpulan X. NUMBERED HEADS TOGETHER (KEPALA BERNOMOR) OLEH SPENCER KAGAN 1992 LANGKAH-LANGKAH 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 4. Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka Y. PICTURE AND PICTURE LANGKAH-LANGKAH 1. Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai 2. Menyajikan materi sebagai pengantar 3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar kegiatan / aktivitas manusia yang berkaitan dengan Kompetensi Dasar 4. Guru menunjukkan/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar yang menjadi urutan logis 5. Guru menanyakan alasan alur pemikiran urutan gambar tersebut 6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 7. Kesimpulan / rangkuman Z. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS) LANGKAH-LANGKAH 1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya terhadap tugas yang berangkai Misalnya: Siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiganya melaporkan hasil pekerjaan siswa nomor dua dan seterusnya 3. Jika perlu guru bisa menyuruh kerjasama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka (mujiantolkpi@gmail.com // http://www.prosulpenah.blogspot.com) Simposium adalah proses diskusi yang diawali dengan serangkaian pidato pendek di depan pengunjung oleh pemrasaran (PM) . Di dalam symposium ada seorang pemimpin/moderator dan biasanya ada 2 sampai 4 orang yang ditentukan secara resmi. Setelah pemrasaran membacakan makalahnya, pemimpin memberi kesempatan kepada peserta untuk menaggapi atau bertanya jawab (kuis). Gambar symposium: PN 1 PS 1 PM PS 2 PN 2 PS 3 Simposium Keterangan: PT = Papan tulis. PS = Pemrasaran. PM = Pemimpin, PN = Penulis. Setiap pemrasatan mengungkapkan aspek-aspek berbeda dari topic tertentu sesuai dengan keahlianaya masing-masing. Misal Masalah Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) ditinjau dari segi pendidikan, olehb ahli pendidikan (guru/dosen), dari segi psikologi perkembangan anak (Psikiater) dan komunikasi (ahli telematika). Agar symposium ini dapat berjalan dengan lancer, hendaknyan segala sesuatunya dipersiapkan dengan sebaik mungkin.Oleh karena itu penyusunan kepanitiaan dengan pembagian tugas yang jelas bagi masing-masing anggota kepanitiaan perlu dikalakukan. Posisi duduk symposium dapat diatur sesuai kebutuhan.

Selasa, 16 Oktober 2012

Prosulpenah: Tulisan Saya Dimuat di Majalah Gema WK

Prosulpenah: Tulisan Saya Dimuat di Majalah Gema WK

Tulisan Saya Dimuat di Majalah Gema WK

Orientasi Baru dalam Pembelajaran Oleh: Mujianto* Bayak temuan model atau strategi pembelajaran yang dinyatakan baru mulai dari pedagogig, andragogig, cooperative learning, contextual learning, sampai pembelajaran berbasis projek (Tinkquest), dll. semuanya tidak ada yang benar-benar baru alias hanya hasil inovasi (rekayasa ulang/sintesis) strategi pembelajar yang sudah ada sebelumnya. Pengertian baru di sini hanya pada tataran orientasinya saja yang baru, dalam kata lain baru diperkenalkan atau ditinjau supaya dikenal oleh masyarakat luas. Sejalan dengan itu, bermunculan buku-buku model-model pembelajaran dan workshop-workshop yang diikuti pendidik mulai dari Pakem, Paikem, pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual dll. Semua berupaya membekali pendidik agar proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam pembelajaran berhasil secara efisien dan efektif. Upaya meningkatkan menerapkan konsep-konsep baru yang diperoleh untuk dilaksanakan. Apalagi beban administrasi yang harus ditanggung setiap pendidik sesuai tuntutan KTSP sesuai standar isi dan standar kelulusan (SKL) teramat sarat. Beban ini yang dijadikan alasan sebagian besar guru berjalan di tempat alias hanya melaksanakan kewajiban rutin sehari-hari. kreativitas dan inovasi di kalangan komunitas pendidik disinyalir karena orientasi dalam pembelajaran kita tidak mengikuti trends global. Hal ini pula yang menyebabkan pendidik kita tidak memiliki daya saing nglobal. Belajar dari Negeri Pangeran Charles Beberapa bulan yang lalu pendidik dari negeri Inggris tepatnya dari Wales datang ke Indonesia. Mereka menggandeng Britist Consil (LSM) menawarkan kerja bareng dengan sekolah-sekolah dasar mitra di Indonesia dalam bidang Psical Education (PE) dan Kepemimpinan Remaja dalam Olahraga (Young Sport Leader) dengan tajuk “Wold Inspiartion.” Dari keja sama tersebut kita bertukar-menukar informasi sampai kepada hal-hal kecil yang dilakukan peserta didik dalam KBM. Ada beberapa hal baru yang mungkin dapat ditularkan di sini. Pertama, seluruh institusi pendidikan di Inggris dalam rangka menyambut dan menyukseskan Olympiade yang akan diadakan di negaranya menumbuhkembangkan demam olahraga. Hal ini diinspirasikan dari peserta didik usia dini (Paud) sampai perguruan tinggi. Tingkat kesulitan dan penilaiannya disesuaikan dengan kelompok usia. Berbeda dengan orientasi dalam pendidikan di negara kita yang berbasis antisipatif, tidak menjemput bola tetapi menunggu terjadi keterpurukan baru diperbaiki. Tidak adanya orientasi berbasis trend yang akan datang, membawa bangsa kita selalu ketinggalan informasi. Kedua, merekrut peserta didik tiap tingkatan yang menonjol dalam bidang olah raga dan bahasa Inggris untuk dibina menjadi pemimpin olahraga (Young Sport Leader). Mereka yang direkrut 1orang guru olahraga dan 3 orang peserta didik untuk mengikuti pelatihan. Selanjutnya pendidik ini tugasnya hanya mendampingi siswa dalam pembelajaran olahraga berbasis proyek. Konsep learning to do, siswa yang mengalami atau sebagai subjek yang belajar dan guru sebagai vasilitator di sini benar-benar diterapkan. Selanjutnya siswa yang telah menjadi leader ini menularkannya kepada siswa lain dan memprakarsai kegiatan mini olympiade atau kegiatan lain yang diikuti oleh peserta didik kelas di bawahnya. Ketiga, menyadari abad informasi siapa yang menguasai komunikasi dengan baik akan memenangkan persaingan global. Penerapannya sampai kepada pembelajaran olahraga, di sana seusai berolahraga siswa diminta mengarang atau menulis tentang apa yang telah dipelajari sebagai refleksi sekaligus mengajarkan peserta didik mengkomunikasikan apa yang telah dikuasai secara tertulis. Hal ini tidak pernah dilakukan oleh guru olahraga di negara kita. Bahkan guru bahasa Indonesia atau bahasa Inggris jarang meminta siswanya melakukan refleksi dalam bentuk tertulis seperti itu. Keempat, kesinergisan setiap jenjang pendidikan. Sebagai misal, siswa kelas II SMP di sana diminta mengarang buku olahraga dari hasil refleksi diakhir pembelajaran dikumpulkan dijilid dan diterbitkan menjadi buku ajar di kelas II SD. Keunggulannya, siswa kelas II SD lebih mudah memahami bahasa peserta didik setingkat di atasnya daripada memahami bahasa gurunya (bahasa orang dewasa). Adanya keterkaitan pembelajaran SD dengan SMP, tidak seperti di sini SD dengan SMP sesama tingkat pendidikan dasar seperti terpisah. Seolah-olah disini pendidikan dasar SD 6 tahun ditambah 3 tahun sekolah menengah pertama, bukan pendidikan dasar 9 tahun. Selain itu, pendidik tidak lagi dipusingkan dengan bahan ajar dan media pembelajaran hanya menyeleksi sekaligus mengevaluasi hasil refleksi siswa yang terbaik dibukukan menjadi bahan ajar pada tingkatan di bawahnya. Kritis, Inovatif dan Kreatif Untuk mengatasi ketertinggalan orientasi dalam pembelajaran di sekolah guru harus memiliki sikap kritis, inovatif dan kreatif, sikap dan perilaku ini juga harus ditularkan kepada peserta didik di sekolah. Oleh karena itu strategi pembelajaran pada pendidikan sekolah harus diberi fondasi terlebih dahulu dengan internalisasi sosiologi kritis, inovasi, kreativitas, dan mentalitas (Agger, 2006). Hal ini tidak berhenti pada fondasi saja, tetapi juga diupayakan merasuki kurikulum yang ada pendidikan sekolah. Selain itu, juga mengubah strategi pembelajaran yang selama ini berdasarkan pada konsep reproductive view of learning menjadi constructive view of learning. Konsep ini pada dasarnya membangun tanpa merusak fondasi yang sudah baik pada proses belajar mengajar selama ini. Konsep reproductive view of learning yang selama ini dihasilkan hanya menghasilkan keluaran yang bersifat mengikut saja tanpa mampu bersikap kritis, kreatif, dan mempunyai nilainilai mental. Ini berbeda dengan konsep constructive view of learning yang berpegang pada nilainilai kritis, kreatif, dan nuansa mentalitas. Dalam konsep ini agar dihasilkan mutu pendidikan yang berkualitas, maka peserta didik diinternalisasi dengan sikap kritis. Salah satu diantaranya adalah dengan paradigma dekonstruksi, keluar dari kotak awal pengetahuan yang membelenggu, serta dijiwai nilai-nilai mentalitas berupa kejujuran, keadilan, kasih, dan sayang. Suatu inovasi tidak begitu saja dapat diterima. Perubahan-perubahan yang dibawa inovasi memerlukan persiapan dan waktu yang panjang, Kecepatan pelaksanaannya tergantung pada kondisi sekolah dan kesiapan para pelaksana (Hasan, 1995), Cepat atau lambatnya suatu inovasi diterima oleh masyarakat atau sekolah tergantung pada karakteristik inovasi tersebut. Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai hasil dari penerimaan atau penolakan dari suatu inovasi. Melakukan kreativitas dalam pendidikan sekolah terkadang berbenturan dengan pelanggaran aturan yang ada. Aturan yang selama ini dibuat dan disimpan dalam kotak tidak boleh dilanggar atau dilakukan perubahan. Untuk itu, perlu mendesakralisasi aturan tersebut dengan melakukan perubahan. Lebih lanjut Buzan dan Buzan (2003) mengemukakan untuk merubah aturan tersebut menjadi lebih baik, maka harus berpegang pada filosofi aturan tersebut serta berpikir di luar kotak (out of the box). Proses berpikir di luar kotak yang belum banyak diasah oleh para guru dan siswa. Bahkan tidak hanya berpikir di luar kotak, tetapi juga merangsang untuk menciptakan kotak baru dengan berpijak pada proses berpikir di luar kotak. Jika hanya berpikir di luar kotak yang selalu digunakan dan dihandalkan, maka akan terjadi proses konstruksi yang destruksi. Proses kreativitas dalam pendidikan sekolah juga dapat dibuat dengan berpijak pada asumsi yang ada maupun yang diciptakan. Pendidikan bersandar pada asumsi yang ada, dengan menghilangkan, mengurangi, atau menambah asumsi-asumsi yang ada akan tumbuh kreativitas yang berkelanjutan. Semua usaha di atas terpulang kepada pendidik sebagai supervisor, administrator dan vasilitator di kelas dalam megelola KBM. *Mujianto Guru Penulis Ilmiah Populer.

Kamis, 01 Maret 2012

Sistematika Penulisan Ilmiah (Laporan Kunjungan Ilmiah)

JUDUL:...
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Identifikasi Masalah
B. Pokok Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK (YANG DIKUNJUNGI)
A. Profil Perusahaan
B. Proses Pengolahan/Pemeriksaan
C. Hasil Yang Diharapkan
D. Kendala (jika ada)
E. Solusi Pemecahannya

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (JIKA ADA) (Acuan Penilaian) No. Komponen Penilaian Skor Rerata Skor Bobot Skor Per Komponen 1. Isi (I) a. Relevansi b. Tesis yang dikembangkan c. Keekplisitan analisis d. Ketepatan simpulan 30% 2. Organisasi Isi (OI) a. Kesatuan paragraf b. Perpautan paragraf c. Keterkembangan paragraf d. Organisasi karangan 30% 3. Gramatika (G) a. Ketepatan bentukan kata b. Keefektifan kalimat 15% 4. Diksi (D) a. Ketepatan kata (gagasan) b. Kesesuaian kata (konteks) c. Kebakuan kata 15% 5. Ejaan (E) a. Pemakaian huruf b. Penulisan kata c. Pemakaian pungtuasi 5% 6. Notasi Ilmiah (NI) a. Penulisan sumber kutipan b. Penulisan daftar pustaka 5% Jumlah 100%
Nilai Keterangan: Skor 1= Kurang, skor 2 = cukup, skor 3 = baik, dan skor = 4 sangat baik

Sistematika Penulisan Makalah Ilmiah Untuk Tugas Kuliah

Judul:....

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B.Perumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
B. Analisis Masalah
C. Pemecahan Masalah
D. Diskusi/Kelemahan Penulisan

III. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (JIKA ADA)