Prosulpenah
Profesional Konsultan Penulisan Ilmiah
Jumat, 02 Mei 2014
Minggu, 02 Maret 2014
Prosulpenah: Pelatihan Penulisan Ilmiah di SMAN 98 Jakarta
Prosulpenah: Pelatihan Penulisan Ilmiah di SMAN 98 Jakarta
Jakarta Timur, Jum'at 28 Februari 2014. Tepatnya di SMAN 98 Kalisari, Pasar Rebo Jakarta Timur digelar pelatihan penulisan ilmiah. Pelatihan dimulai tepat pukul 15.00 di Lantai Dasar Gedung SMAN 98 Jakarta. Pertemuan perdana ini baru memaparkan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) khususnya yang berkaitan dengan angka kredit pendidik dari karya ilmiah dan karya inovasi untuk kenaikan pangkat golongan pegawai negeri sipil (PNS) guru dalam jabatan fungsional.
Keingintahuan guru peserta pelatihan dan pertanyaan-pertanyaan kritis membuat suasana pelatihan menjadi hidup dan menyenangkan. Sesi pelatihan pertama menemukan masalah dan merumuskan judul penelitian untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seiring antusiasme peserta terbukti dengan seluruh peserta saat itu juga menemukan masalah dan menulis judul yang akan diteliti di kelas masing-masing.
Kendala dan kesulitan yang dihadapi sampai sesi ini berakhir bagi peserta bisa berkonsultasi via SMS, e-mail, blog atau facebook. Semua pertanyaan dan solusi kendala yang dihadapi akan dijawab langsung oleh nara sumber via SMS atau internet. Selamat bekerja, selamat mencoba PTK, semoga sukses selalu! Aamiin.
Jakarta Timur, Jum'at 28 Februari 2014. Tepatnya di SMAN 98 Kalisari, Pasar Rebo Jakarta Timur digelar pelatihan penulisan ilmiah. Pelatihan dimulai tepat pukul 15.00 di Lantai Dasar Gedung SMAN 98 Jakarta. Pertemuan perdana ini baru memaparkan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) khususnya yang berkaitan dengan angka kredit pendidik dari karya ilmiah dan karya inovasi untuk kenaikan pangkat golongan pegawai negeri sipil (PNS) guru dalam jabatan fungsional.
Keingintahuan guru peserta pelatihan dan pertanyaan-pertanyaan kritis membuat suasana pelatihan menjadi hidup dan menyenangkan. Sesi pelatihan pertama menemukan masalah dan merumuskan judul penelitian untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seiring antusiasme peserta terbukti dengan seluruh peserta saat itu juga menemukan masalah dan menulis judul yang akan diteliti di kelas masing-masing.
Kendala dan kesulitan yang dihadapi sampai sesi ini berakhir bagi peserta bisa berkonsultasi via SMS, e-mail, blog atau facebook. Semua pertanyaan dan solusi kendala yang dihadapi akan dijawab langsung oleh nara sumber via SMS atau internet. Selamat bekerja, selamat mencoba PTK, semoga sukses selalu! Aamiin.
Sabtu, 05 Oktober 2013
Worshop PTK Kecamatan PGRI Pasar Rebo
PGRI CABANG PASAR REBO MENGGELAR
WORKSHOP PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh Drs. Mujianto, M.A., M.Pd.
Senin, 24 Juni 2013 bertempat di Aula SMAN 98 Jakarta Timur Persatuan Guru Republik Indonesia Cabang Jakarta Pasar Rebo menggelar workshop bertajuk, “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Meningkatkan Kesejahteraan Guru”. Acara ini dimulai tepat pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Diawali dengan sambutan ketua panitia yang disampaikan oleh sekretaris PGRI Cabang Pasar Rebo Purwanto, M.Pd melaporkan target peserta 100 anggota PGRI Pasar Rebo ternyata yang hadir melebihi target sampai 170 peserta. Antusiasme peserta yang terdiri dari guru TK, SD, MI, SMP, MTs. SMA, SMK dan MAN se-Pasar Rebo ini terlihat dari ketiadaan bangku kosong dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat sampai acara usai.
Acara dibuka oleh Kasie Dikmen Pasar Rebo H. Sutarno, M.M. yang memberikan motivasi kepada para guru peserta workshop agar lebih mencintai karier guru dan termotivasi menulis agar kenaikan kepangkatan/golongan kepegawaiannya tidak terhenti. “Kesempatan kenaikan pangkat sampai IV-e terbuka lebar dan lebih mudah serta lebih cepat kenaikan pangkat dari PNS fungsional daripada struktural”, ujarnya.
Pengurusan Pangkat IV-b
Tampil sebagai pembicara pertama Dr. H. Sopan Indrianto Kasubag Tendik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta yang menjelaskan perubahan peraturan sejak Oktober 2012 pengurusan kenaikan pangkat/golongan IV-a ke IV-b yang semula ditangani Dirjen (Departemen Kemendikbud) kini dialihkan cukup di Tendik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta (Pemprov DKI Jakarta). Kepindahan ini sudah disosialisasikan dan sudah berjalan, jadi guru yang akan mengurus kenaikan pangkat IV-b cukup ke Gedung Nyi Ageng Serang tidak perlu ke Senayan lagi.
Berbagi pengalaman selama membimbing guru menulis PTK berbagai angkatan sejak 2008 sampai sekarang, banyak guru yang terganjal karena PTK yang ditulis hasil copy paste. Hal ini akan sangat mudah diketahui Tim penilai karena ada beberapa kata kunci yang biasanya terlewat tidak diubah. Ia berjanji akan mengawasi dan menjaga objektivitas Tim penilai, kalau dianggap lulus apa alasannya. Ia juga berharap tindak lanjut dari workshop yang diselenggarakan ini, agar panitia menyerahkan daftar hadir peserta karena hasilnya ditunggu. Adakah dari sekian banyak peserta workshop PTK yang mengajukan kenaikan pangkat ke IV-b sebagai bukti acara ini ditindaklanjuti?
Selain itu, dalam sesi tanya jawab yang berlangsung selama 30 menit ia membarikan kata kunci untuk penulisan judul yakni menggunakan jawaban dari kata tanya “apa”, “bagaimana” dan “siapa”. Permasalahan apa yang akan diperbaiki dalam pembelajaran di kelas? Bagaimana tindakan atau solusi yang ditawarkan? Siapa subjek yang diteliti? Kalau PTK jelas subjeknya siswa, kalau PTS subjeknya guru.
Pemberian kata kunci ini memjadi solusi pemilihan judul yang biasanya menjadi hal tersulit ditemukan oleh guru yang akan menulis PTK. Biasanya dalam pelatihan para guru kesulitan menentukan judul, diharapkan dengan kata kunci ini dapat diatasi dengan cepat. Dua termin tanya jawab sisanya berkisar masalah teknis pengajuan kenaikan pangkat dan regulasi kebijakan pemerintah.
Contoh PTK
Pada sesi terakhir dipandu oleh nara sumber Drs. Mujianto, M.A.,M.Pd. yang menjelaskan panjang lebar mulai dari penemuan masalah, penulisan judul, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan PTK dan manfaat/kegunaan PTK dikupas tuntas bab per bab diselai tanya jawab sampai bab terakhir penutup. Pengalaman nara sumbar sebagai praktisi pembimbing penulisan karya ilmiah dimulai dari tahun 1995 memenangkan juara I lomba menulis ilmiah tingkat guru SMP, SMU dan SMK se-DKI Jakarta, kemudian membimbing guru-guru menulis KTI dari tahun 1998 di Jakarta Pusat dan menjadi nara sumber PTK MGMP Bahasa Indonesia Jakarta Barat cukup mumpuni untuk ditularkan kepada para guru anggota PGRI Cabang Pasar Rebo. Terbukti selama 3 jam penuh dari pukul 13.00 sampai dengan 15.00 mampu menghipnotis peserta untuk tidak bergeming dari tempat duduk mereka. Hanya beranjak ketika bertanya masalah teknis penulisan PTK. Masalah-masalah detail isi uraian per sub bab akan dibahas dalam sesi pelatihan lanjutan.
Namun demikian, antusiasme dan kehausan para peserta sebanyak 170 guru tidak mungkin terpuaskan dengan acara workshop seperti ini. Harus ditindaklanjuti dengan pelatihan yang lebih intensif dan pembagian kelas yang lebih memungkinkan untuk efektivitas penguasaan kelas. Dari sekian banyak pertanyaan teknis penulisan PTK sebagian besar peserta meminta contoh konkrit PTK. Diwakili oleh Bu Sasmita guru SDN Baru 08, “Pak Banyak diantara guru kurang paham tentang detail penulisan PTK maka kami minta contoh yang dapat dibagikan kepada peserta”.
“Nanti di sesi pelatihan mudah-mudahan buku PTK dan PTS Praktis yang berisi contoh-contoh utuh PTK dan PTS berikut penunjang dan lampirannya sudah dapat dibagikan. Buku itu karya saya dan sekarang masih sedang diterbitkan oleh penerbit,” jawab nara sumber menutup pembicaraan sesi terakhir. Peserta yang kesulitan dalam penulisan PTK juga dapat berkonsultasi gratis melalui sms ke nomor Hp: 087771977864 atau Blog: www.prosulpenah.com.
Rabu, 25 September 2013
Model-Model Pembelajaran
Rabu, 26 Juni 2013
Selasa, 16 Oktober 2012
Tulisan Saya Dimuat di Majalah Gema WK
Orientasi Baru dalam Pembelajaran
Oleh: Mujianto*
Bayak temuan model atau strategi pembelajaran yang dinyatakan baru
mulai dari pedagogig, andragogig, cooperative learning, contextual
learning, sampai pembelajaran berbasis projek (Tinkquest), dll.
semuanya tidak ada yang benar-benar baru alias hanya hasil inovasi
(rekayasa ulang/sintesis) strategi pembelajar yang sudah ada
sebelumnya. Pengertian baru di sini hanya pada tataran orientasinya
saja yang baru, dalam kata lain baru diperkenalkan atau ditinjau
supaya dikenal oleh masyarakat luas.
Sejalan dengan itu, bermunculan buku-buku model-model pembelajaran dan workshop-workshop
yang diikuti pendidik mulai dari Pakem, Paikem, pembelajaran kooperatif,
pembelajaran kontekstual dll. Semua berupaya membekali pendidik agar proses kegiatan belajar
mengajar (KBM) dalam pembelajaran berhasil secara efisien dan efektif. Upaya meningkatkan
menerapkan konsep-konsep baru yang diperoleh untuk dilaksanakan.
Apalagi beban administrasi yang harus ditanggung setiap pendidik sesuai tuntutan KTSP
sesuai standar isi dan standar kelulusan (SKL) teramat sarat. Beban ini yang dijadikan alasan
sebagian besar guru berjalan di tempat alias hanya melaksanakan kewajiban rutin sehari-hari.
kreativitas dan inovasi di kalangan komunitas pendidik disinyalir karena orientasi dalam
pembelajaran kita tidak mengikuti trends global. Hal ini pula yang menyebabkan pendidik kita
tidak memiliki daya saing nglobal.
Belajar dari Negeri Pangeran Charles
Beberapa bulan yang lalu pendidik dari negeri Inggris tepatnya dari Wales datang ke
Indonesia. Mereka menggandeng Britist Consil (LSM) menawarkan kerja bareng dengan
sekolah-sekolah dasar mitra di Indonesia dalam bidang Psical Education (PE) dan
Kepemimpinan Remaja dalam Olahraga (Young Sport Leader) dengan tajuk “Wold Inspiartion.”
Dari keja sama tersebut kita bertukar-menukar informasi sampai kepada hal-hal kecil yang
dilakukan peserta didik dalam KBM. Ada beberapa hal baru yang mungkin dapat ditularkan di
sini.
Pertama, seluruh institusi pendidikan di Inggris dalam rangka menyambut dan
menyukseskan Olympiade yang akan diadakan di negaranya menumbuhkembangkan demam
olahraga. Hal ini diinspirasikan dari peserta didik usia dini (Paud) sampai perguruan tinggi.
Tingkat kesulitan dan penilaiannya disesuaikan dengan kelompok usia. Berbeda dengan orientasi
dalam pendidikan di negara kita yang berbasis antisipatif, tidak menjemput bola tetapi menunggu
terjadi keterpurukan baru diperbaiki. Tidak adanya orientasi berbasis trend yang akan datang,
membawa bangsa kita selalu ketinggalan informasi.
Kedua, merekrut peserta didik tiap tingkatan yang menonjol dalam bidang olah raga dan
bahasa Inggris untuk dibina menjadi pemimpin olahraga (Young Sport Leader). Mereka yang
direkrut 1orang guru olahraga dan 3 orang peserta didik untuk mengikuti pelatihan. Selanjutnya
pendidik ini tugasnya hanya mendampingi siswa dalam pembelajaran olahraga berbasis proyek.
Konsep learning to do, siswa yang mengalami atau sebagai subjek yang belajar dan guru sebagai
vasilitator di sini benar-benar diterapkan. Selanjutnya siswa yang telah menjadi leader ini
menularkannya kepada siswa lain dan memprakarsai kegiatan mini olympiade atau kegiatan lain
yang diikuti oleh peserta didik kelas di bawahnya.
Ketiga, menyadari abad informasi siapa yang menguasai komunikasi dengan baik akan
memenangkan persaingan global. Penerapannya sampai kepada pembelajaran olahraga, di sana
seusai berolahraga siswa diminta mengarang atau menulis tentang apa yang telah dipelajari
sebagai refleksi sekaligus mengajarkan peserta didik mengkomunikasikan apa yang telah
dikuasai secara tertulis. Hal ini tidak pernah dilakukan oleh guru olahraga di negara kita. Bahkan
guru bahasa Indonesia atau bahasa Inggris jarang meminta siswanya melakukan refleksi dalam
bentuk tertulis seperti itu.
Keempat, kesinergisan setiap jenjang pendidikan. Sebagai misal, siswa kelas II SMP di
sana diminta mengarang buku olahraga dari hasil refleksi diakhir pembelajaran dikumpulkan
dijilid dan diterbitkan menjadi buku ajar di kelas II SD. Keunggulannya, siswa kelas II SD lebih
mudah memahami bahasa peserta didik setingkat di atasnya daripada memahami bahasa gurunya
(bahasa orang dewasa). Adanya keterkaitan pembelajaran SD dengan SMP, tidak seperti di sini
SD dengan SMP sesama tingkat pendidikan dasar seperti terpisah. Seolah-olah disini pendidikan
dasar SD 6 tahun ditambah 3 tahun sekolah menengah pertama, bukan pendidikan dasar 9 tahun.
Selain itu, pendidik tidak lagi dipusingkan dengan bahan ajar dan media pembelajaran
hanya menyeleksi sekaligus mengevaluasi hasil refleksi siswa yang terbaik dibukukan menjadi
bahan ajar pada tingkatan di bawahnya.
Kritis, Inovatif dan Kreatif
Untuk mengatasi ketertinggalan orientasi dalam pembelajaran di sekolah guru harus
memiliki sikap kritis, inovatif dan kreatif, sikap dan perilaku ini juga harus ditularkan kepada
peserta didik di sekolah.
Oleh karena itu strategi pembelajaran pada pendidikan sekolah harus diberi fondasi
terlebih dahulu dengan internalisasi sosiologi kritis, inovasi, kreativitas, dan mentalitas (Agger,
2006). Hal ini tidak berhenti pada fondasi saja, tetapi juga diupayakan merasuki kurikulum yang
ada pendidikan sekolah. Selain itu, juga mengubah strategi pembelajaran yang selama ini
berdasarkan pada konsep reproductive view of learning menjadi constructive view of learning.
Konsep ini pada dasarnya membangun tanpa merusak fondasi yang sudah baik pada proses
belajar mengajar selama ini.
Konsep reproductive view of learning yang selama ini dihasilkan hanya menghasilkan
keluaran yang bersifat mengikut saja tanpa mampu bersikap kritis, kreatif, dan mempunyai nilainilai
mental. Ini berbeda dengan konsep constructive view of learning yang berpegang pada nilainilai
kritis, kreatif, dan nuansa mentalitas. Dalam konsep ini agar dihasilkan mutu pendidikan
yang berkualitas, maka peserta didik diinternalisasi dengan sikap kritis. Salah satu diantaranya
adalah dengan paradigma dekonstruksi, keluar dari kotak awal pengetahuan yang membelenggu,
serta dijiwai nilai-nilai mentalitas berupa kejujuran, keadilan, kasih, dan sayang.
Suatu inovasi tidak begitu saja dapat diterima. Perubahan-perubahan yang dibawa inovasi
memerlukan persiapan dan waktu yang panjang, Kecepatan pelaksanaannya tergantung pada
kondisi sekolah dan kesiapan para pelaksana (Hasan, 1995), Cepat atau lambatnya suatu inovasi
diterima oleh masyarakat atau sekolah tergantung pada karakteristik inovasi tersebut.
Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai hasil dari
penerimaan atau penolakan dari suatu inovasi.
Melakukan kreativitas dalam pendidikan sekolah terkadang berbenturan dengan
pelanggaran aturan yang ada. Aturan yang selama ini dibuat dan disimpan dalam kotak tidak
boleh dilanggar atau dilakukan perubahan. Untuk itu, perlu mendesakralisasi aturan tersebut
dengan melakukan perubahan. Lebih lanjut Buzan dan Buzan (2003) mengemukakan untuk
merubah aturan tersebut menjadi lebih baik, maka harus berpegang pada filosofi aturan tersebut
serta berpikir di luar kotak (out of the box).
Proses berpikir di luar kotak yang belum banyak diasah oleh para guru dan siswa. Bahkan
tidak hanya berpikir di luar kotak, tetapi juga merangsang untuk menciptakan kotak baru dengan
berpijak pada proses berpikir di luar kotak. Jika hanya berpikir di luar kotak yang selalu
digunakan dan dihandalkan, maka akan terjadi proses konstruksi yang destruksi. Proses
kreativitas dalam pendidikan sekolah juga dapat dibuat dengan berpijak pada asumsi yang ada
maupun yang diciptakan. Pendidikan bersandar pada asumsi yang ada, dengan menghilangkan,
mengurangi, atau menambah asumsi-asumsi yang ada akan tumbuh kreativitas yang
berkelanjutan. Semua usaha di atas terpulang kepada pendidik sebagai supervisor, administrator
dan vasilitator di kelas dalam megelola KBM. *Mujianto Guru Penulis Ilmiah Populer.
Kamis, 01 Maret 2012
Sistematika Penulisan Ilmiah (Laporan Kunjungan Ilmiah)
JUDUL:...
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Identifikasi Masalah
B. Pokok Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK (YANG DIKUNJUNGI)
A. Profil Perusahaan
B. Proses Pengolahan/Pemeriksaan
C. Hasil Yang Diharapkan
D. Kendala (jika ada)
E. Solusi Pemecahannya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (JIKA ADA) (Acuan Penilaian) No. Komponen Penilaian Skor Rerata Skor Bobot Skor Per Komponen 1. Isi (I) a. Relevansi b. Tesis yang dikembangkan c. Keekplisitan analisis d. Ketepatan simpulan 30% 2. Organisasi Isi (OI) a. Kesatuan paragraf b. Perpautan paragraf c. Keterkembangan paragraf d. Organisasi karangan 30% 3. Gramatika (G) a. Ketepatan bentukan kata b. Keefektifan kalimat 15% 4. Diksi (D) a. Ketepatan kata (gagasan) b. Kesesuaian kata (konteks) c. Kebakuan kata 15% 5. Ejaan (E) a. Pemakaian huruf b. Penulisan kata c. Pemakaian pungtuasi 5% 6. Notasi Ilmiah (NI) a. Penulisan sumber kutipan b. Penulisan daftar pustaka 5% Jumlah 100%
Nilai Keterangan: Skor 1= Kurang, skor 2 = cukup, skor 3 = baik, dan skor = 4 sangat baik
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Identifikasi Masalah
B. Pokok Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK (YANG DIKUNJUNGI)
A. Profil Perusahaan
B. Proses Pengolahan/Pemeriksaan
C. Hasil Yang Diharapkan
D. Kendala (jika ada)
E. Solusi Pemecahannya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (JIKA ADA) (Acuan Penilaian) No. Komponen Penilaian Skor Rerata Skor Bobot Skor Per Komponen 1. Isi (I) a. Relevansi b. Tesis yang dikembangkan c. Keekplisitan analisis d. Ketepatan simpulan 30% 2. Organisasi Isi (OI) a. Kesatuan paragraf b. Perpautan paragraf c. Keterkembangan paragraf d. Organisasi karangan 30% 3. Gramatika (G) a. Ketepatan bentukan kata b. Keefektifan kalimat 15% 4. Diksi (D) a. Ketepatan kata (gagasan) b. Kesesuaian kata (konteks) c. Kebakuan kata 15% 5. Ejaan (E) a. Pemakaian huruf b. Penulisan kata c. Pemakaian pungtuasi 5% 6. Notasi Ilmiah (NI) a. Penulisan sumber kutipan b. Penulisan daftar pustaka 5% Jumlah 100%
Nilai Keterangan: Skor 1= Kurang, skor 2 = cukup, skor 3 = baik, dan skor = 4 sangat baik
Sistematika Penulisan Makalah Ilmiah Untuk Tugas Kuliah
Judul:....
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B.Perumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
B. Analisis Masalah
C. Pemecahan Masalah
D. Diskusi/Kelemahan Penulisan
III. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (JIKA ADA)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B.Perumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
B. Analisis Masalah
C. Pemecahan Masalah
D. Diskusi/Kelemahan Penulisan
III. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (JIKA ADA)
Langganan:
Postingan (Atom)